Beranda | Artikel
Bahaya Memaksakan Pendapat Tanpa Memberi Penjelasan
Kamis, 13 Juni 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Bahaya Memaksakan Pendapat Tanpa Memberi Penjelasan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 27 Dzulqa’dah 1445 H / 4 Juni 2024 M.

Kajian Tentang Bahaya Memaksakan Pendapat Tanpa Memberi Penjelasan

Khusus remaja, tentunya dalam proses kedewasaan, akal mereka sudah semakin sempurna dan matang. Tentu mereka tidak bisa menerima atau menelan apapun mentah-mentah. Mereka sudah bisa berpikir kritis, dan kadang-kadang ini yang menjadi masalah bagi orang tua yang tidak siap untuk berargumentasi dengan remajanya dan masih menganggap mereka seperti anak kecil yang harus nurut saja.

Memang anak harus menaati dan menuruti orang tua dalam perkara yang makruf. Hanya saja, kita juga harus pahami bahwa ketika anak itu remaja, akalnya sudah berkembang dan dia tidak bisa menerima begitu saja apa yang kita katakan. Tentunya kita juga ingin dia tidak menerima omongan siapapun di luar sana tanpa alasan. Maka itu harus dibangun dari rumah. Jangan kita biasakan dia menelan apapun mentah-mentah. Sehingga tanpa disadari, orang tua telah memberikan contoh taklid kepada anak.

Orang tua harus siap untuk menyampaikan argumentasi, dan itu bukan suatu hal yang salah jika anak meminta argumentasi. Itu harus dipahami dan dimaklumi oleh orang tua. Maka kadang-kadang kita perlu, misalnya, menyampaikan satu instruksi, pendapat, atau pandangan dengan menyertakan argumentasi. Tidak lagi dengan kata-kata yang mengandung pemaksaan seperti “ikuti saja, titik,” atau “jangan banyak tanya, jangan banyak bicara.” Itu membungkam bukan hanya mulutnya, tetapi juga otaknya.

Hal ini tidak baik bagi anak remaja, khususnya untuk mendidik mereka berpikir kritis. Begitulah fitrahnya manusia, seiring dengan bertambahnya usia, maka semakin matang akalnya. Maka jangan dimentahkan dengan kata-kata seperti yang banyak diucapkan oleh orang tua, “Kamu ikuti saja kata ibu, titik. Jangan banyak tanya.”

Kita juga ingin dia itu mengikuti kata-kata kita, tapi tentunya berbeda ketika kita menghadapi bocah dengan anak remaja. Kalau bocah, mungkin kita berkata seperti itu karena dia belum bisa berpikir, belum matang akalnya, bahkan masih sangat mentah. Tapi, remaja berbeda.

Demikian seperti nabi ketika berkomunikasi atau berdialog dengan remaja. Nabi selalu menyertakan alasan: mengapa beliau perintahkan, mengapa beliau anjurkan, mengapa beliau suruh demikian. Padahal beliau seorang nabi. Kita sudah angkat kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ketika Nabi Ibrahim mengajak Ismail untuk melaksanakan perintah untuk menyembelihnya, Nabi Ibrahim tidak langsung mengambil pisau dan mengeksekusi. Tidak, tapi beliau menghargai kematangan akal anaknya, Ismail, yang saat itu, kata Allah, sudah masuk usia rusyd, dimana dia sudah bisa berdiri sendiri dan mengurus dirinya sendiri.

 فَانظُرْ مَاذَا تَرَىٰ

“Bagaimana menurut pendapatmu?” (QS. As-Saffat[37]: 102)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54228-bahaya-memaksakan-pendapat-tanpa-memberi-penjelasan/